Image: popmama.com |
Bayi Susah Buang Air Besar (BAB), Penyebab dan Cara Mengatasinya - Masalah susah buang air besar (BAB) atau biasa juga disebut konstipasi merupakan masalah yang sering terjadi pada bayi. Orang tua, terutama para orang tua baru biasanya akan langsung panik dan khawatir menghadapi masalah tersebut. Hal tersebut sangatlah wajar, mengingat masih kurangnya informasi dan juga belum memiliki pengalaman dalam hal mengurus bayi. Namun jangan khawatir, dengan bekal informasi yang cukup Anda akan tahu bagaimana cara penanganan yang tepat untuk mengatasi masalah susah BAB/konstipasi yang terjadi pada bayi.
Konstipasi atau umumnya dikenal dengan istilah sembelit adalah suatu kondisi dimana tinja (feses) bayi menjadi lebih keras dari biasanya. Akibatnya, bayi menjadi sulit mengeluarkan tinja (feses) sehingga tidak bisa buang air besar sampai berhari-hari lamanya atau bahkan lebih. Bayi dikatakan konstipasi/sembelit bila tidak buang air besar selama 3 hari atau lebih dan bayi terlihat tidak nyaman dengan kondisi tersebut, bisa ditandai dengan sering menangis. Efeknya, bayi juga akan mengalami kolik, dan juga menjadi lebih susah makan.
Apa Saja Gejala Sembelit Pada Bayi?
- Bayi menangis atau rewel karena merasa kesakitan karena sulit BAB
- Nyeri di sekitar anus
- Perut kembung
- Bayi muntah
- Berat badan tidak naik (dilihat dari kurva pertambahan berat badan per bulan)
- Bila diraba perutnya terasa keras
- Tinja keras yang terkadang disertai bercak darah.
Apakah Penyebab Sembelit Pada Bayi?
1. Faktor susu
Bayi yang mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) akan sangat jarang mengalami sembelit karena ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi dan lebih mudah dicerna. Pada ASI terdapat beberapa bakteri baik yang dapat mengurai protein susu yang sulit dicerna sehingga tinja bayi lebih lembut yang membuat buang air besar menjadi lebih mudah. Bayi yang hanya mengkonsumsi ASI bisa 3 – 5 hari tidak buang air besar. Namun, hal ini adalah wajar karena ASI diserap tubuh dengan baik, sehingga kotoran yang dihasilkan sangat sedikit.
ASI juga mengandung hormon motilin yang dapat meningkatkan pergerakan usus bayi dan membantu melancarkan pencernaan.
Sementara karena hal tertentu, cukup banyak Ibu yang tidak mampu memberikan ASI ekslusif kepada bayinya, sehingga mau tidak mau harus memberikan susu formula untuk bayinya. Ketika bayi berusia 4 bulan juga biasanya para ibu ada yang mulai mengganti atau mencampur ASI dengan susu formula sebagai makanan tambahan untuk bayi.
Bayi yang mendapatkan susu formula memang memiliki kecenderungan lebih besar untuk mengalami masalah susah BAB, karena kandungan lemak dan protein pada susu formula tidak seimbang. Selain itu, karena kandungan kalsium dan fosfor yang terlalu tinggi pada susu formula menyebabkan air pada tinja terserap ke dinding-dinding usus sehingga membuat tinja bayi menjadi keras. Pilihan susu yang tidak tepat serta kadar keenceran susu yang tidak tepat juga dapat menyebabkan tinja si kecil menjadi keras sehingga mengalami susah BAB.
2. Sistem pencernaan bayi belum sempurna
Sulit BAB pada bayi kemungkinan juga terjadi ketika bayi mulai diberikan makanan pendamping yang biasanya mulai dikenalkan pada bayi saat berusia 4 bulan. Hal ini mengakibatkan konsistensi tinja berubah menjadi lebih keras yang disebabkan karena sistem pencernaannya belum sempurna dan belum dapat mencerna makanan padat dengan baik.
Bila bayi sudah diberikan makanan padat, konsistensi dan warna dari fesesnya akan bergantung dari makanan yang dimakannya. Saat ia mulai makan-makanan padat, frekuensi buang air besarnya pun bisa jadi berubah dan lebih jarang daripada ketika usianya saat baru lahir. Dalam keadaan normal, bayi bisa buang air besar beberapa kali sehari atau satu kali dalam 2-3 hari. Namun, untuk kasus konstipasi, selain feses menjadi keras dan susah dikeluarkan, bayi juga biasanya sudah tidak buang air besar selama 3 hari lebih.
Pada kondisi sudah mendapatkan makanan tambahan, mungkin saja bayi akan mengalami sembelit karena usus belum terbiasa mencerna makanan yang teksturnya agak lebih kental/padat. Untuk itu, butuh asupan cairan yang lebih banyak dan juga serat untuk membantu kerja usus dalam mencerna makanan dengan tekstur dan komposisi gizi yang baru.
3. Kekurangan cairan atau dehidrasi
Bayi yang mendapat ASI tidak akan dehidrasi karena dapat menyusu langsung dan mendapatkan ASI sesuai kebutuhannya, sehingga akan lebih banyak cairan yang didapat dan membuat pencernaan lebih lancar.
Sementara pada bayi yang mendapatkan susu formula, susu yang didapat terbatas pada banyaknya jumlah susu yang berada di dalam botolnya. Bayi yang mulai mendapatkan makanan padat juga membutuhkan cairan lebih banyak terutama untuk mengolah konsistensi makanan yang tekstrunya cukup keras, seperti wortel misalnya. Bila Anda tidak menyeimbangkan makanan padat dan jumlah cairan yang masuk ke tubuhnya, maka hal ini dapat menyebabkan bayi mengalami konstipasi atau sembelit.
4. Luka pada anus
Bayi Anda merasa kesakitan setiap kali berusaha untuk BAB karena gesekan tinja yang keras melukai permukaan anus sehingga berdarah. Karena tidak ingin merasakan sakitnya saat mengejan membuat bayi malah cenderung untuk menahan atau menunda tinjanya untuk tidak keluar. Ini artinya tinja akan semakin lama berada dalam usus besar, semakin keras dan membuat semakin sulit untuk dikeluarkan sehingga menyebabkan konstipasi.
5. Hirschsprung
Hirschsprung merupakan kelainan organik berupa masalah persyarafan usus besar paling bawah, mulai anus hingga usus di atasnya. Pada umumnya saluran pencernaan mampu melakukan gerakan usus yang disebut gerakan peristaltik. Pada kelainan hirschsprung ini, di usus besar tidak terdapat persyarafan yang dapat menggerakan usus, sehingga salurannya menjadi sempit. Hal ini menyebabkan tumpukan kotoran yang pada akhirnya menyumbat usus di bagian bawah.
Jika dibiarkan akan menjadi tempat berkembangnya kuman dan bisa menyebabkan infeksi berupa radang usus. Bila hal ini terjadi, dokter perlu melakukan operasi untuk mengeluarkan tinja dengan membuat lubang di dinding perut sesuai dengan lokasi kerusakan usus. Kasus bawaan ini bisa dideteksi sejak dini. Tandanya yakni apabila dalam waktu 48 jam pertamanya bayi baru lahir tidak buang air besar (BAB).
6. Mengalami penyakit tertentu
Meskipun termasuk jarang terjadi, namun ada juga bayi yang mengalami konstipasi akibat menderita penyakit tertentu seperti kekurangan tiroid, gangguan metabolisme tubuh, alergi makanan atau botulisme.
Bagaimana Cara Mengatasinya Sembelit/Konstipasi Pada Bayi?
Image: liputan6.com |
- Bila Anda memberikan susu formula kepada bayi Anda, perhatikan peraturan takaran pengencerannya sehingga didapatkan konsistensi yang tepat dan tidak terlalu kental. Anda bisa melihat aturan dan takaran yang dianjurkan pada setiap label kemasan susu formula.
- Mintalah rekomendasi susu formula yang baik dari dokter atau ganti merk susu dengan merk lain yang lebih cocok untuk bayi Anda apabila diperlukan. Namun, perlu diingat pula bahwa Anda tidak boleh sembarangan atau terlalu sering menggonta-ganti susu formula untuk bayi. Kebiasaan tersebut tentu bisa mengganggu pencernaan bayi, bisa membuat bayi menjadi sembelit atau sebaliknya mengalami diare (mencret).
- Oleskan minyak bayi di daerah sekitar anus bayi. Hal ini bisa membantu bila pada anus bayi terdapat lecet atau luka.
- Berikan pijatan lembut disekitar perut bayi dari pusar ke arah luar dengan gerakan melingkar searah jarum jam. Anda bisa menggunakan krim atau minyak pijat bayi yang dapat memudahkan tangan Anda melakukan pijatan dengan lembut.
- Baringkan bayi Anda dalam keadaan terlentang dan lakukan gerakan kakinya seperti gerakan mengayuh sepeda di udara. Hal ini dapat membuat otot-otot perut bayi bergerak dan memberikan tekanan lembut di usus besar sehingga memudahkan bayi untuk BAB.
- Usahakan untuk memenuhi kebutuhan sayur dan buahnya setiap hari, bisa diberikan dalam bentuk puree atau jus. Buah yang baik untuk pencernaan si kecil adalah pepaya matang dan agar-agar yang dapat membantu melunakkan tinja sehingga memperlancar BAB. Selain pepaya, Ibu juga bisa memberikan sari buah apel (bukan jus apel karena jus apel mengandung pektin yang justru memicu konstipasi) untuk mengatasi konstipasi pada bayi.Buah yang sebaiknya dihindari untuk sementara waktu adalah pisang karena dapat mebuat tinja menjadi keras.
- Bila Anda masih menyusui (memberikan ASI) dan mendapati bayi Anda mengalami sembelit, Anda perlu memperhatikan pola asupan makanan yang masuk ke dalam tubuh Anda. Ada kemungkinan Anda kurang banyak mengkonsumsi serat (sayur, buah) atau kurang konsumsi air. Hal ini juga bisa menyebabkan konstipasi pada anak. Untuk itu, ubahlah pola makan Anda jangan sampai kurang serat dan air.
- Mandikan bayi dengan air hangat untuk membuatnya rileks yang dapat membantu melancarkannya untuk BAB.
- Berikan banyak air putih, pastikan jumlah cairan yang dibutuhkannya tercukupi.
- Banyak yang menyarankan untuk merangsang anus bayi dengan cara memasukkan ujung termometer ke dalam anus bayi. Namun, perlu diingat cara tersebut sangatlah tidak dianjurkan karena justru bisa berbahaya dan bisa menyebabkan luka.
Apabila cara-cara di atas tidak membuahkan hasil konsultasikan masalah sembelit dan konstipasi ini ke dokter anak. Jangan berikan bayi Anda obat pencahar tanpa seijin dokter. Biasanya dokter akan memberikan obat-obatan jenis tertentu untuk memperlancar BAB. Pemberian obat ini berfungsi untuk melicinkan jalan kotoran dari bagian usus ke bawah atau ke usus besar. Pemeriksaan ke dokter juga diperlukan karena bisa jadi penyebab konstipasi pada bayi adalah karena adanya penyakit tertentu yang harus segera mendapatkan penanganan medis. Ibu Dan Anak