Pahami Penyebab, Gejala & Cara Mengatasi Diare

Pahami Penyebab, Gejala & Cara Mengatasi Diare
Penyebab diare, cara mengatasi diare
Image : Ruangmom.com

Penyebab, Gejala dan Cara Mengatasi Diare - Diare termasuk salah satu penyakit yang paling sering terjadi pada manusia. Tingkat keluhannya berbeda-beda. Ada yang ringan, ada pula yang sampai harus dirawat di rumah sakit akibat banyaknya cairan tubuh yang keluar daripada yang masuk. Penyakit ini bisa berjangkit tentu karena ada pemicunya. Banyak orang beranggapan bahwa pemicu terjadinya diare dikarenakan ‘salah makan’. Tidak salah bila ada yang mencetuskan pendapat seperti itu. Namun, sesungguhnya penyebab diare itu beraneka ragam seperti dibawah ini:

  1. Terinfeksi dari bakteri, virus, atau parasit yang banyak bertebaran di lingkungan-lingkungan kotor. Apalagi lingkungan yang lembab, kurang dari pencahayaan matahari dan digenangi sisa-sisa air.
  2. Terinfeksi oleh bakteri atau virus yang menyertai penyakit lain. Bisa jadi diare terjadi karena pengaruh bawaan penyakit lainnya seperti campak, malaria, demam tinggi, infeksi telinga, infeksi tenggorokan atau radang usus.
  3. Alergi terhadap obat tertentu. Daya rentan seseorang terhadap merk-merk obat-obatan tertentu berbeda-beda. Terkadang reaksi yang terjadi justru menyerang di bagian perut dan menyebabkan seseorang menjadi diare.
  4. Alergi terhadap makanan atau varian rasa tertentu. Makanan seringkali menjadi penyebab timbulnya penyakit. Terutama penyakit yang menyerang organ dalam perut. Seseorang yang terjangkit diare bisa saja sebelumnya mengonsumsi makanan yang tidak bisa dicerna baik oleh perutnya. Kemungkinan lainnya, varian rasa yang menjadi pemicu terjadinya diare seperti rasa pedas/efek merica yang terlalu kuat, rasa yang terlalu asam, rasa dari pemanis buatan atau penggunaan vetsin yang berlebih.
  5. Efek susu. Nah beberapa bayi, balita hingga orang dewasa pasti pernah merasakan kembung, mulas, muntah dan berujung pada diare setelah mengonsumsi susu Hal tersebut bisa disebabkan karena tubuh tidak bisa menerima komponen gula (laktosa) dalam susu atau disebut intoleransi laktosa. Pada keadaan normal, tubuh dapat memecah laktosa menjadi gula sederhana dengan bantuan enzim laktase. Apabila ketersediaan enzim laktase tidak mencukupi, laktosa yang terkandung dalam susu tidak dapat dicerna dan dipecah oleh bakteri di dalam usus halus. Proses fermentasi yang terjadi dapat menimbulkan gas yang menyebabkan kembung dan rasa sakit di perut. Sedangkan sebagian laktosa yang tidak dicerna akan tetap berada dalam saluran cerna dan tidak terjadi penyerapan air dari feses sehingga penderita akan mengalami diare.
Intoleransi laktosa sebagian besar disebabkan oleh faktor genetik, dimana penderita mempunyai laktase lebih sedikit dibanding orang normal. Penyebab lainnya adalah Gastroenteritis yang dapat menyebabkan terjadinya penguraian enzim laktase yang bisa berlangsung sampai beberapa minggu. Intoleransi laktosa bisa juga disebabkan akibat infeksi parasit yang menyebabkan pengurangan jumlah laktase sementara waktu, dan akibat defisiensi zat besi atau rendahnya asupan zat besi yang dapat mengganggu pencernaan dan penyerapan laktosa.

Perlu diketahui bahwa terserang diare setelah meminum susu bukan berarti alergi terhadap susu. Alergi terhadap susu akan menimbulkan gejala yang berbeda dari intoleransi laktosa seperti yang tersebut di atas.

Gejala Timbulnya Diare

Saat diare menyerang, sebelumnya tentu terdapat gejala-gejala yang membantu kita mendeteksi apakah ini penyakit diare atau sakit perut biasa. Salah pendeteksian akan berakibat pada kesalahan memberi penanganan medis. Oleh karena itu perlu bagi kita mengetahui gejala-gejalanya sebagai berikut:

1. Nyeri perut
Gejala awal timbulnya diare pasti dimulai dengan rasa nyeri pada bagian perut. Penderita akan mengeluhkan perutnya terasa melilit, seperti dicubit, atau seperti ditekan oleh benda padat dan berat.

2. Mual dan muntah
Gejala nyeri perut selalu disertai dengan rasa mual dan ingin muntah yang berkepanjangan. Biasanya frekuensi muntah sebanding dengan frekuensi buang air besar (BAB).

3. Feses cair
Tekstur feses dalam keadaan normal akan berbeda dengan tekstur saat diare. Pada saat diare feses akan berbentuk cair, tak berampas, berwarna kuning muda, berbuih, beraroma lebih asam dari biasanya, dan pada tingkat keparahan tertentu feses bisa disertai darah karena pengaruh bakteri atau parasit. Untuk tiap proses BAB, fases yang tidak dikeluarkan tidak terlalu banyak namun rasa nyeri perut membuat seseorang tidak mampu menunda keinginan BAB.

4. Kehilangan nafsu makan
Efek mual yang berkepanjangan akan membuat nafsu makan berkurang, berat badan merosot, lidah terasa pahit, dan kerongkongan terasa lebih kering.

5. Pusing dan tubuh lesu
Pada saat diare tubuh akan kehilangan cairan elektrolit dan kalium karena terbuang melalui kotoran dan muntah. Oleh karena itu, nutrisi tubuh berkurang dan menyebabkan kepala terasa pusing dan tubuh lesu serta pucat.

6. Bibir mengerut dan kulit mengendur
Terjadinya dehidrasi pada penderita diare akan menimbulkan gejala bibir yang mengerut, elastisitas kulit yang berkurang (mengendur/bergelambir), serta ubun-ubun menjadi cekung (terutama pada bayi).

7. Demam dan nyeri otot
Suhu tubuh semakin meningkat serta nyeri otot dan persendian ketika kondisi diare semakin parah. Bila tidak cepat diberi pertolongan, bisa berakibat fatal terutama pada usia bayi dan balita.

Bila diare belum terlalu parah, mungkin keluarga bisa memberi pertolongan pertama. Namun ketika diare tidak mereda, Anda harus mengatasi diare ini secepatnya dengan meminta pertolongan dari pihak medis. Adapun penanganan yang dapat Anda lakukan terhadap penderita diare adalah:

Penanganan dan Cara Mengatasi Diare

Cara mengatasi diare
Image: Berkeluarga.id

1. Memberikan oralit

Untuk mencegah dehidrasi segera berikan oralit pada penderita. Oralit kini sangat mudah didapatkan di toko-toko obat. Berikan pada penderita diare sesuai petunjuk yang tertera dalam kemasan. Sementara untuk menghentikan diare, minum obat yang mengandung karbo adsorben (Norit), Kaolin, Attapulgit.

2. Berikan minum air putih lebih sering
Agar tidak terjadi dehidrasi, berikan minum lebih sering dari biasanya. Tak perlu banyak untuk sekali minum karena akan menimbulkan rasa eneg. Sebaiknya minum sedikit demi sedikit air putih dalam jumlah kecil namun dengan intensitas yang lebih sering.

3. Hindari makanan pokok yang padat dan berpenyedap rasa
Jangan paksakan penderita diare mengonsumsi nasi dengan lauk pauk seperti dalam keadaan sehat. Alangkah baiknya jika penderita diberi nasi dan lauk pauk yang ditim. Anda bisa mencampur bubur nasi dengan potongan wortel dan suwiran ayam. Ingat, hindari penggunaan penyedap rasa! Bila ingin menciptakan rasa gurih, cukup tambahkan garam secukupnya pada makanan si penderita diare.

4. Guling-gulingkan botol hangat
Ini cara tradisional yang sering digunakan untuk mengurangi rasa nyeri perut akibat diare. Caranya, cari sebuah botol kaca tahan panas (bisa menggunakan botol bekas sirup). Isi dengan air hangat dan guling-gulingkan botol tersebut di atas perut penderita. Pastikan panasnya pas, tidak terlalu pans dan tidak pula terlalu dingin.

5. Berikan jambu biji atau salak
Konsumsi buah tetap penting dalam keadaan sakit. Untuk penderita diare usahakan tidak mengonsumsi papaya dan jeruk. Lebih baik bila diberikan jambu klutuk atau bisa pula buah salak untuk membantu memadatkan fesesnya yang encer. Anda juga bisa meminumkan sari daun jambu biji sebagai obat diare. Caranya, ambil 20 lembar daun jambu biji, cuci bersih , lalu rebus menggunakan takaran lima gelas air berukuran sedang. Biarkan hingga mendidih dan menyisakan tiga gelas saja. Saring air rebusan dan minumkan pada si penderita diare dalam keadaan hangat-hangat kuku.

6. Hindari susu
Tidak dianjurkan memberikan susu (khususnya susu formula) pada saat seseorang terkena diare (kecuali ASI). Dikhawatirkan kandungan laktosa susu akan memperparah kondisi diare si penderita.

7. Bawa segera ke dokter
Bila keadaan tidak berangsur pulih dalam tiga hari meski telah diberikan oralit, lekaslah bawa ke dokter. Jangan tunggu penderita diare kehilangan cairan tubuh yang lebih banyak.

8. Minum suplemen Zinc
Zinc juga berperan dalam mengatasi diare pada bayi dan anak-anak. Konsumsi zinc pada pasien diare dapat menurunkan jumlah ekskresi feses sampai 31%. Tidak hanya itu, frekuensi BAB juga berkurang sampai 40% dengan pemberian suplemen zinc. Efektifitas zinc dalam mengatasi diare tidak dipengaruhi oleh umur pasien serta jenis zinc yang diberikan (tipe garam zinc: zinc sulfat, zinc acetate, atau zinc gluconate). Pemberian larutan oralit dan pemberian sirup zinc secara terpisah telah terbukti lebih baik dalam mengatasi diare dibandingkan dengan pemberian larutan oralit saja.

Demikianlah artikel tentang cara penanganan dan mengatasi diare yang harus Anda ketahui. Untuk mencegah agar tidak sampai terkena penyakit diare, sebaiknya hindari faktor-faktor yang bisa memicu atau menyebabkan timbulnya Diare. Semoga bermanfaat. Penyakit Tips Sehat

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel